.net - Sudah menjadi acara sehari-hari Kiai Nuri untuk mendidik dan mengajar para santri di pondok pesantrennya. Pagi itu ia memberikan ihwal kekuasaan Tuhan yang tidak terbatas.
Seorang santri berjulukan Muhidin memahami penjelasan kiainya bahwa apa yang ada di langit dan di bumi ini semua milik Tuhan SWT.
Tibalah dikala Muhidin dan beberapa santri membutuhkan lauk pauk untuk makan tetapi sudah tidak ada persediaan uang untuk membelinya.
Sampai pada jadinya si santri mengambil ikan di kolam milik kiai. Saat memperoleh ikan yang besar, tiba-tiba Kiai Nuri datang.
“Hai, kenapa kau mengambil ikan milik kiaimu?” tegur Kiai Nuri kepada Muhidin dan beberapa kawan santrinya.
Alih-alih lari tunggang langgang, Muhidin justru mendekati Kiai Nuri dan berkata, “Bukankah kiai sendiri yang mengajarkan ayat, lillahi ma fis samawati wa ma fil ardh, semua ini milik Allah. Makara bukan milik kiai,” seloroh Muhidin.
Kiai Nuri terdiam. Dalam hati ia berucap, “Senjata makan kiai nih.”
“Iya Nak, itu milik Allah, tapi jangan ikan yang besar!” ujar Kiai Nuri.
Saking gemesnya, Kiai Nuri sekaligus melempar sandal bakiaknya ke arah Muhidin. “Aduh, kenapa kiai melempar bakiak ke saya?” tanggap Muhidin.
Dengan membaca ayat, wa ma romaita wa lakinallaha roma, Kiai Nuri menjawab tenang, “Bukan aku yang melempar, tapi Tuhan Nak.” (Fathoni/NU Online)
Seorang santri berjulukan Muhidin memahami penjelasan kiainya bahwa apa yang ada di langit dan di bumi ini semua milik Tuhan SWT.
Tibalah dikala Muhidin dan beberapa santri membutuhkan lauk pauk untuk makan tetapi sudah tidak ada persediaan uang untuk membelinya.
Sampai pada jadinya si santri mengambil ikan di kolam milik kiai. Saat memperoleh ikan yang besar, tiba-tiba Kiai Nuri datang.
“Hai, kenapa kau mengambil ikan milik kiaimu?” tegur Kiai Nuri kepada Muhidin dan beberapa kawan santrinya.
Alih-alih lari tunggang langgang, Muhidin justru mendekati Kiai Nuri dan berkata, “Bukankah kiai sendiri yang mengajarkan ayat, lillahi ma fis samawati wa ma fil ardh, semua ini milik Allah. Makara bukan milik kiai,” seloroh Muhidin.
Kiai Nuri terdiam. Dalam hati ia berucap, “Senjata makan kiai nih.”
“Iya Nak, itu milik Allah, tapi jangan ikan yang besar!” ujar Kiai Nuri.
Saking gemesnya, Kiai Nuri sekaligus melempar sandal bakiaknya ke arah Muhidin. “Aduh, kenapa kiai melempar bakiak ke saya?” tanggap Muhidin.
Dengan membaca ayat, wa ma romaita wa lakinallaha roma, Kiai Nuri menjawab tenang, “Bukan aku yang melempar, tapi Tuhan Nak.” (Fathoni/NU Online)
0 komentar:
Posting Komentar